Rabu, 27 Juli 2011

Berkreasi dengan Puring Lokal & Murah

Kelemahan pada manusia adalah terkadang ia tanpa disadari membuat batasan-batasannya sendiri yang mengakibatkan terbelenggunya kreativitas. Mencipta adalah merupakan sebuah seni tersendiri yang hasilnya hanya bisa dirasakan bila hasratnya telah merasa cukup, sedangkan cukup itu sendiripun sesungguhnya tak ada batasan selain pikiran yang mencipta itu sendiri. Sehingga yang terjadi adalah ia akan terus mencipta dan mencipta 

Trendsetter merupakan frase yang diguna untuk mendefinisikan sesuatu yang menjadi panutan dalam hal tertentu, karena keunikan dan kreativitasnya sehingga selalu membuat terobosan (breaktrought) di tengah kemapanan yang ada. Untuk dapat menjadi trendsetter, maka ia haruslah New anchor and Dare to be diferent yang berarti pula terkadang harus berani bereksperimen dan berani cuek.


Demikian pula halnya dalam dunia Tanaman Hias, petani harus sering berkarya membuat silangan-silangan baru yang seunik, semenarik, seatraktif serta sefenomenal mungkin  dan dapat diterima di kalangan masyarakat. Petani harus berkarya tidak hanya pada saat trend semata serta tidak terpengaruh batasan-batasan yang dibuat oleh pasar  atau para pemain yang menciptakan kondisi tertentu untuk mempengaruhi pasar tersebut.


Jangan pernah membatasi diri dengan istilah puring kelas, puring murah,  puring lokal atau bahkan puring sampah, karena kita tak pernah tau atau bisa memastikan bahwa Induk A dan Induk B akan menghasilkan sesuatu yang baik atau tidak baik. Kita hanya bisa memperkirakan hasil tapi bukan menentukan hasil karena hasil sepenuhnya adalah kuasa Allah. Dan sesungguhnya adalah pasar itu sendiri yang nanti menciptakan sesuatu menjadi berkelas atau tidak.

Untuk contoh kasus tergamblang adalah pada masa anthurium, pasar bermain dengan batasan mereka sendiri  dan selalu berubah. Berapa sudah pemain yang diuntungkan dan tidak sedikit yang dirugikan, bahkan petaninyapun yang semula untung ikut jadi buntung karena terbawa arus tergiur meraih keuntungan sebanyak mungkin.

Belajar dari sistem pertanian di Thailand dimana mereka mengkelompokan pembudidaya pada satu wilayah dan satu produksi saja, misal disatu daerah hanya di ijinkan untuk memanam/budidaya pepaya saja sedang jenis lain harus dibudidaya di daerah lain semua. Yang terjadi adalah tidak adanya perang harga. Demikian juga dengan tanaman hias, satu daerah membudidayakan satu jenis tertentu. Demikian halnya dengan petani mereka memproduksi satu jenis tertentu saja namun dalam jumlah besar.

Bagi petani puring atau tanaman hias pada umumnya...mari kita terus berkreasi menghasilkan silangan-silangan baru. Jangan pernah merasa malu, takut atau minder karena indukan yang dimiliki hanya indukan puring lokal atau puring murahan

Berikut ini adalah beberapa contoh puring yang menurut penulis cukup menarik untuk ditampilkan walau hanya berasal dari induk puring lokal atau puring murah. 

Puring Black Marlet adalah hasil silangan Keboen Alma yang dihasilkan dari induk Puring Mawar yang merupakan Puring Lokal (bahkan ada yang mengatakannya sebagai puring uwuh/sampah) dengan Puring Walet sebagai pejantannya. Hasilnya juga gak jelek-jelek amat. Bahkan menurut penulis cukup unik dengan daun berwarna ungu gelap dan membentuk belahan-belahan daun seperti induk jantannya.

Puring Nalendra demikian Keboen Alma  memberinya julukan merupakan hasil silangan antara  Puring Panca Warna dengan Puring Nourma. Keunikannya pada bentuk daun yang tidak beraturan serta berkerut demikian pula dengan corak warna kuning pada daunpun tidak beraturan atau tidak sama satu daun dengan daun lainnya

Tidak ada komentar :

Posting Komentar